Gemuruh rangkaian gerbong terdengar dari kejauhan. Klakson lokomotif melengking ketika melintas di samping bangunan tempatku bekerja. Alarm yang mengingatkanku agar segera bergegas menuju stasiun, jika tidak ingin ketinggalan kereta menuju kampung halaman.
Sampai di stasiun yang berjarak 2 km dari tempatku bekerja, aku segera boarding sembari menunjukkan kartu identitas. Gerbong 4 adalah gerbong favorit.
Mengapa gerbong 4?
Pertama, kemudahan akses di gerbong 4 saat penumpang naik maupun turun. Saat naik, gerbong 4 biasanya berhenti tepat atau tidak jauh dari pintu masuk. Penumpang gerbong 4 tidak perlu berjalan terlalu jauh untuk mencari tempat duduknya.
"Pelanggan yang kami hormati. Bagi yang akan mengakhiri perjalanan di stasiun ......., kami persilahkan untuk mempersiapkan diri. Demi mempermudah proses turun, kami persilahkan bergeser menuju gerbong 3 atau 4 untuk akses peron."
Pengumuman ini beberapa kali terdengar, sejenak sebelum kereta api berhenti di stasiun kecil. Gerbong 4 menawarkan kemudahan bagi penumpang yang naik dan turun.
Kedua, gerbong 4 relatif tidak terlalu penuh terkecuali di akhir pekan. Pemesanan tiket melalui KAI Acces biasanya menawarkan gerbong 1 atau 2 yang terletak di bagian ekor rangkaian kereta. Penumpang pada umumnya tidak memperhatikan opsi untuk penggantian gerbong atau nomor tempat duduk. Inilah yang menyebabkan gerbong 4 relatif tidak terlalu padat.
Pengaturan tempat duduk kereta api ini disusun 3-2 saling berhadapan dan tidak bisa direbahkan. Waktu tempuh selama 210 menit memaksa punggung untuk tetap tegak lurus. Kenyamanan tetap perlu dikedepankan. Caranya?
Aku memilih tempat duduk dengan kode A. Tempat duduk 3 yang terletak dekat jendela. Ada lukisan senja, hamparan sawah, perbukitan menghijau, dan langit malam yang tersaji di balik jendela tempat duduk A.
Pendingin udara terpasang beberapa unit di sepanjang langit-langit lorong gerbong. Duduk di kursi A menghindarkanku dari terpapar udara dingin secara langsung. Menggigil kedinginan hingga masuk angin tentunya bisa menghapus kenyamanan selama perjalanan.
Kursi A di dekat jendela juga posisi yang strategis selama mata terpejam. Kenapa? Karena aku bisa mengkondisikan kepala untuk bersandar ke jendela. Ekspansi wilayah namanya, jika tidur sementara kepala tidak terkendali bersandar ke penumpang sebelah, he he.
Sebelum kereta diberangkatkan dari stasiun tempatku naik, kedua mata sudah tidak bisa diajak kompromi. Apalagi dininabobokan celoteh balita di balik kursiku, menambah syahdu perjalanan menuju alam mimpi.
Oh iya, sebelum terlelap, amankan barang bawaan di rak bagian atas sepanjang kanan dan kiri gerbong. Meletakkan barang di bawah kursi juga bisa jadi opsi. Mencaplok wilayah penumpang lain untuk menyimpan barang kita tentu bukan hal yang bijak untuk dilakukan. Volume suara maupun gawai perlu dikondisikan. Berbincang dan bercanda tidak dilarang selama tidak mengurangi kenyamanan penumpang lain. Penggunaan perangkat audio pada gawai seperti penyuara jemala (headphone), penyuara telinga (earphone), ataupun perangkat jemala (headset) bisa jadi pilihan. Mari tebar kebaikan dimanapun, kapanpun. Selamat berakhir pekan.
4 Comments
Izin menambahkan bu, di gerbong 4 menawarkan kemudahan bagi penumpang yang kelaparan di kereta. Karena biasanya tempat jual makanan ada di dekat gerbong 4. Jadi tak perlu jauh-jauh berjalan, apalagi kalau yang dipesan popmie yang masih panas-panasnya. Hehe.
ReplyDeleteSehat selalu, Bu Nur. Sekalian saya hendak mohon doa dari panjenengan, InsyaAllah hari Senin (lusa) saya akan melaksanakan ujian skripsi. Mohon doa dari njenengan agar ujian skripsi saya diberikan kelancaran serta kemudahan nggih bu.
Iya betuuul. Kereta makan di belakang gerbong 4.
DeleteSemoga sidang berjalan lancar dan selalu diberi kemudahan utk tahap selanjutnya. Selamat Rizki, sukses selalu
Hmmm....terbayang suasananya: suara khasnya, keriuhan para penumpang, dan waktu tempuh......
ReplyDeleteDijalani dan dinikmati bunda
DeleteSehat selalu🥰