Entah sudah berapa banyak momen yang aku lewatkan sebagai mamanya, sejak sulungku ini lahir hingga saat ini dia sudah beranjak dewasa. Lahir dari rahim seorang mama yang berstatus mahasiswa semester 5, Kak Fi seringkali harus ditinggalkan mama untuk urusan kuliah. Perjalanan takdir yang membawaku diterima bekerja di luar kota dengan jarak 107 km, membuatku melewatkan hari pertama Kak Fi sebagai siswa Taman Kanak-Kanak. Tidak ada acara diantar, digandeng, atau ditunggui mama di hari pertama masuk sekolah.
Sejak duduk di Sekolah Dasar kelas 5, Kak Fi sudah terbiasa naik mikrolet untuk pulang dari sekolah. Mikrolet adalah angkutan kota Malang berwarna biru. Itupun masih ditambah dengan jalan kaki menuju rumah dibersamai dengan terik mentari ataupun gerimis hujan, bahkan petir menggelegar. Pengalaman diturunkan di tengah perjalanan karena tidak ada penumpang, sementara mikrolet putar balik adalah hal biasa.
“Ma, dede’ tahun ini masuk kuliah?” tanya Kak Fi di awal tahun ini.
“Ya. Kenapa Kak Fi?” ujarku balik bertanya.
“Aku harus lulus kalau gitu.”
Bulan-bulan berikutnya, sulungku ini berjibaku untuk menyelesaikan studinya. Ujian proposal di pertengahan Maret hingga sidang skripsi di awal Juni semuanya berlangsung secara daring. Meski latihan dan simulasi ujian dengan mama, namun hari H hanya dede’ yang mendapat kehormatan mendampingi Kak Fi.
“Mama di luar saja. Aku ditemeni dede’.” katanya setiap ujian akan berlangsung.
Kakak beradik dengan selisih 4 tahun ini memiliki karakter yang berbeda. Kak Fi yang ekspresif berbanding terbalik dengan dede’ yang bicara jika ditanya, itupun sepatah dua patah kata. Jika keduanya sedang bersama, pembicaraan akan didominasi Kak Fi, sementara dede’ menimpali dengan singkat. Tapi keduanya saling mendukung dan menyayangi satu sama lain.
Kakak beradik so sweet |
Kak Fi tak segan untuk membantu dede’ ketika tugas sebagai mahasiswa baru begitu menumpuk. Bahkan ketika dede’ tumbang karena kelelahan, Kak Fi sigap merawat hingga pulih kembali. Sebaliknya, untuk urusan transportasi, antar kesana dan kesini, dede’ bisa diandalkan.
Hari ini, untuk pertama kalinya aku melepaskan kepergian Kak Fi ke luar pulau untuk 3 bulan ke depan. Kak Fi lolos sebagai salah satu peserta Program Persiapan Studi Lanjut pada salah satu kampus negeri di Kota Seribu Masjid. Program ini adalah program beasiswa Kemenag-LPDP.
“Dede’ gak pulang, Ma? Aku besok gak ketemu.”
Pertanyaan retoris yang diajukan Kak Fi semalam ketika sedang mempersiapkan keperluan menjelang keberangkatan. Sebagai mahasiswa baru, dede’ tinggal di ma’had dengan jadwal yang cukup padat.
Pagi ini, aku dan suami mengantarkan Kak Fi ke bandara untuk menjemput harapan dan impian. Penerbangan pertama tanpa keluarga. Terima kasih Kak Fi sudah jadi putri mama yang luar biasa. Maaf ya Nduk, untuk segala kekurangan mama selama ini. Doa dan rida mama selalu menyertai langkah Kak Fi.
Malang, 8 November 2022
4 Comments
Catatan khas. Mengalir.
ReplyDeleteMatur nuwun prof kunjungannya
DeleteIbu dosen terfavorit 😊
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung Garnis
Delete