Wajah Desa dalam Bingkai Kalimat

            



           Pengabdian kepada masyarakat adalah salah satu unsur dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Seluruh warga kampus, termasuk mahasiswa mempunyai kewajiban untuk melakukan hal ini. KKN yang dirancang oleh kampus adalah media bagi mahasiswa untuk belajar secara langsung dari masyarakat.

Pandemi Covid-19 yang melahirkan berbagai kebijakan pembatasan sosial, menuntut modifikasi dalam pelaksanaan KKN. Inovasi KKN Virtual Dari Rumah (VDR) adalah keniscayaan di tengah perjuangan untuk memutus rantai penyebaran virus.

          Intensitas interaksi antara mahasiswa dengan masyarakat pada KKN luring digantikan dengan pengalaman baru secara virtual. KKN VDR menuntut kreativitas mahasiswa untuk tetap berkolaborasi dengan masyarakat menuju desa mandiri dan berbudaya.

          Buku ini adalah salah satu bentuk kreativitas mahasiswa KKN VDR 070 IAIN Tulungagung tahun 2021. Mahasiswa berhasil melukis wajah desa dalam sebuah bingkai kalimat. Keanekaragaman perspektif dalam buku ini semakin memperkaya potret desa sebagai salah satu entitas organisasi kehidupan sosial.

           Tiga puluh enam catatan mahasiswa dalam buku ini dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu kebudayaan, ekonomi dan potensi desa, pendidikan, dan kuliner. Empat belas tulisan tentang kebudayaan mengelaborasi kemajemukan adat istiadat, tradisi, dan kultur yang dijalankan secara turun temurun oleh masyarakat. Ruwah desa, nyadran, baritan, ruwatan, malaqbi, larung sesaji, reog, dan tradisi lamaran oleh perempuan diulas dengan menarik oleh para penulisnya.

            Ekonomi dan potensi desa dikaji dalam enam belas ulasan. Potensi lokal yang sederhana seperti kerajinan reyeng mampu mendongkrak perekonomian masyarakat. Budidaya kambing dan ikan air tawar menjadi bisnis yang menjanjikan untuk meningkatkan pendapatan. Usaha konveksi dan mebel juga menjadi sektor industri yang tidak bisa dipandang sebelah mata untuk meningkatkan kesejahteraan.

           Empat catatan selanjutnya memotret wajah desa dari perspektif pendidikan. Penulis menggali aspek historis pendidikan Islam di desanya dan menuangkan dalam tulisan yang menarik. Kursus bahasa di Kampung Inggris Pare dan pendidikan pesantren di tengah pandemi Covid-19 juga dielaborasi dengan apik.

            Dua tulisan pamungkas merekam kekayaan kuliner yang dimiliki desa. Sajian khas Sompil yang sedap dan aneka ragam kudapan renyah disajikan penulis dengan ulasan yang menggoda.

            Potensi desa adalah modal dasar untuk meningkatkan kemandirian desa. Tradisi dan adat istiadat sebagai salah satu potensi desa adalah nilai dan norma yang diyakini masyarakat dan menjadi perekat sosial. Menurut al Qur’an, setiap masyarakat memiliki nilai-nilai tersendiri (M. Quraish Shihab, 2018: 156). Islam memaknai masyarakat tidak hanya sebagai kumpulan manusia, tetapi juga nilai-nilai yang dianut. Nilai-nilai yang dianggap baik oleh masyarakat tertentu, bisa jadi tidak baik bagi masyarakat lainnya. Namun demikian, al Qur’an memberikan panduan agar perbedaan nilai yang diyakini tidak menyebabkan saling mencaci, menghina, dan merendahkan satu sama lain.

Islam datang dengan damai sesuai dengan maknanya secara bahasa. Tradisi, norma, adat istiadat, dan budaya yang sudah berjalan turun temurun tidak begitu saja diberangus oleh risalah Islam. Nilai dan tradisi yang baik tetap dilanjutkan. Adat istiadat yang tidak baik dihapus dengan metode gradual (tadrij). Ritual ibadah haji menjadi contoh nyata bagaimana tradisi umat terdahulu diimitasi dengan penyempurnaan di berbagai aspek. Penghapusan diskriminasi terhadap perempuan dan pengharaman khamr secara bertahap adalah bentuk penafian terhadap tradisi yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan.

Al muhafadhah ‘ala al qadiim al shalih wa al akhdzi bi al jadid al ashlah, memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik. Berdasarkan pada adagium ini, pelestarian budaya dan adat istiadat warisan nenek moyang yang tidak bertentangan dengan syariat adalah keharusan. Inovasi, modifikasi, dan terobosan baru sebagai respon atas perubahan demi kehidupan yang lebih baik adalah keniscayaan.

Buku Rona Desaku menawarkan ulasan yang memadukan kedua aspek tersebut. Nilai, tradisi, dan adat istiadat yang pada umumnya hanya sebatas informasi lisan, dituangkan dengan baik lewat bahasa tulis. Tidak berhenti di situ, buku ini juga menyajikan paparan yang menarik tentang bagaimana kreativitas masyarakat untuk menebar kemaslahatan demi kesejahteraan bersama.

            Selamat dan apresiasi untuk para penulis. Semoga karya ini menjadi tangga pertama menuju karya-karya selanjutnya.

*Kata Pengantar pada buku Rona Desaku: Antologi Esai KKN VDR 070 Tahun 2021 (Tulungagung: Ausy Media, 2021)

Post a Comment

0 Comments