Surga adalah tempat yang dijanjikan oleh Allah bagi hamba-hambaNya yang beriman dan beramal solih. Surga digambarkan sebagai tempat yang dipenuhi dengan kebaikan, kasih sayang, dan kebahagiaan. Penghuni surga selalu bersih dan tidak pernah menua. Berbagai kenikmatan, kesenangan, kelezatan, dan kepuasan disajikan di surga. Salah satu balasan yang disediakan di surga adalah bidadari.
Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa setiap penghuni surga ketika
masuk ke rumahnya akan disambut oleh 2 bidadari. Hadis yang lain menegaskan
bahwa seorang syahid (gugur di medan perang) dijanjikan bidadari
sebanyak tujuh puluh dua. Abdullah bin Muhammad al Baghdadi ibnu Abi ad-Dunya
dalam Shifat al Jannah wa Ma ‘Adda Allah li Ahliha, memberikan elaborasi
tentang 4000 gadis, 8000 janda, dan 500 bidadari yang akan dinikahkan dengan
seorang mukmin. Kitab ini bahkan menyajikan bab khusus tentang bidadari yang
akan memberikan pelayanan paripurna bagi laki-laki penghuni surga. Penjelasan
yang tidak jauh berbeda juga diberikan oleh Ibnu Qayyim al Jawziyyah dalam Hadil
Arwah ila Bilad al Afrah.
Penafsiran tentang surga dengan segala kenikmatan di
dalamnya hanya menjadikan laki-laki sebagai subjek. Padahal al Qur’an menyapa
laki-laki dan perempuan secara setara. Keduanya adalah hamba yang mempunyai
potensi dan peluang yang sama untuk dapat mencapai kebahagiaan baik di dunia
maupun akhirat. Penjelasan tentang hal ini bisa dibaca pada tulisan saya di sini.
“Apakah perempuan tidak berhak atas bidadara atau pasangan
yang bisa memberikan pelayanan paripurna sebagaimana ditunjukkan oleh al Qur’an
dan hadis?”
Dalam al Qur’an, ada dua istilah yang digunakan untuk
menjelaskan tentang ‘bidadari’ sebagai pasangan di surga. Pertama, kata huur.
Kata huur terdapat pada QS. al Thuur (52) ayat 20, al Dukhaan (44) ayat
54, dan al Waaqi’ah (56) ayat 22. Kata ini dalam al Qur’an dan terjemah
Indonesia versi Kementerian Agama diartikan dengan ‘bidadari’.
Menurut Quraish Shihab (2018), kata huur berasal dari haara-yahuuru-hawran. Kata ini diartikan dengan bola mata yang sangat hitam dan sklera yang amat putih. Bentuk mudzakkar atau maskulin adalah ahwar, sedangkan bentuk muannats atau feminin adalah haura. Huur adalah bentuk jamak dan plural. Secara bahasa, kata huur bisa dimaknai secara maskulin atau feminin.
Jika ayat-ayat tentang huur dibaca secara mubadalah
sebagaimana ditawarkan oleh Faqihuddin Abdul Kodir (2019), maka ayat-ayat ini
juga mengabsahkan perempuan sebagai subjek penikmat surga. Ayat-ayat tentang
keimanan dan amal solih secara literal telah menyapa perempuan. Sebagai
konsekuensi logis, perempuan yang beriman dan beramal solih termasuk kelompok
yang dijanjikan oleh Allah akan mendapatkan huur di surga. Pasangan atau
bidadara yang menyenangkan, membahagiakan, dan mampu memberikan kenikmatan
paripurna.
Kedua, kata azwaaj yang terdapat dalam QS. al Baqarah
(2) ayat 25, Ali Imran (3) ayat 15, dan Al Nisaa’ (4) ayat 57. Kata azwaaj
muthahharah pada ketiga ayat tersebut dalam terjemahan Kementerian Agama
sebelumnya diartikan dengan “istri-istri yang suci”. Dalam versi terbaru, kata
ini sudah diartikan secara mubadalah dengan “pasangan-pasangan yang suci”. Laki-laki
dan perempuan yang beriman, bertakwa, dan beramal solih akan mendapatkan
balasan berupa surga dan kenikmatannya.
Secara kontekstual, ayat-ayat yang menggunakan kata huur
termasuk dalam kelompok makkiyyah. Ayat yang turun di Mekkah sebagai
respon terhadap situasi dan kondisi masyarakat Arab yang tidak percaya dengan
Hari Akhir, Hari Pembalasan. Penggambaran surga dengan segala kenikmatannya
adalah penggugah bagi kaum musyrik sekaligus motivasi bagi orang-orang yang
sudah masuk Islam untuk selalu konsisten dengan keimanannya. Sementara ayat-ayat
yang turun di Madinah menggunakan kata azwaaj muthahharah. Masyarakat
Madinah yang beragama Nasrani dan Yahudi adalah kelompok yang mempercayai kehidupan
sesudah mati. Narasi dalam ayat madaniyyah bukan lagi tentang keniscayaan
adanya surga melainkan bagaimana jalan menuju surga.
Informasi mendasar dan gambaran umum telah diberikan oleh al
Qur’an dan hadis berkaitan dengan surga. QS. Fushshilat (41) ayat 31 menegaskan
bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah dan konsisten menjalankan
tuntunanNya akan mendapatkan semua yang diinginkan dan segala yang diminta di
surga. Beberapa hadis turut mengkonfirmasi bahwa seluk beluk surga tidak bisa
dijangkau oleh nalar dan pengalaman inderawi manusia. Mata belum pernah melihat,
telinga belum sama sekali mendengar, bahkan belum pernah terlintas dalam hati
siapapun.
Surga adalah salah satu hal gaib yang menuntut keimanan dari
setiap muslim. Sayyid Quthub menyatakan:
“Gaib adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia dan
jiwanya. Seandainya semua hal terbuka maka aktivitas manusia akan terhenti dan
hidup menjadi membosankan. Kecenderungan manusia untuk mengejar hal yang tidak
pasti dan gaib…”
Kepercayaan adanya surga dan neraka adalah bagian dari rukun
iman kelima, iman kepada hari akhir. Tidaklah akan merugi orang yang mengimani kehidupan
sesudah kematian, nothing to lose. Mempercayai surga dan neraka akan
mendorong seseorang untuk tetap berpegang teguh pada tuntunan Allah dan
RasulNya. Seandainya seseorang tidak percaya dan setelah kematiannya dia tidak mendapatkan
apa yang dijanjikan, maka tidaklah dia merasa rugi. Namun seumpama surga dan
neraka terbukti adanya, maka dia sungguh merugi. Kenikmatan surga tidak dapat
diraih, balasan yang didapat adalah siksa yang pedih.
Alloohumma innaa nas’aluka ridhaaka wal jannah, wa na’uudzubika
min sakhatika wannaar.
14 Comments
Mantab bu doktor...
ReplyDeleteTerimakasih kunjungan dan komentarnya :)
DeleteAdem sekali Ibu membacanya. :)
ReplyDeleteSemoga kita termasuk kelompok yang mendapatkan ridho Allah. Aamiin.
DeleteMantab Bu Doktor. Semoy terhindar dari siksa neraka
ReplyDeleteAamiin ya Rabb. Terimakasih kunjungan dan komentarnya bu Muslikah. Selalu terinspirasi dengan tulisan ibu:)
DeleteAnyes baca tulisannya, bu.
ReplyDeleteTerimakasih. Saya masih setia menantikan catatan renyah selanjutnya seputar "Tilik". hehe
DeleteTernyata bukan hanya skincare yg bisa mencerahkan. Tulisan Bu Nur juga bisa mencerahkan. Terimakasih Bu,.
ReplyDeleteHehe, jangan percaya skincare apalagi brand ambassadornya emang asli glowing yang gak pernah kena asap dapur. Terimakasih kunjungannya Inama :)
DeleteKeren bu...
ReplyDeleteMenarik
Terimakasih🙏
DeleteSangat menyejukkan Bu Nur tulisannya.
ReplyDeleteTerima kasih.
Rasanya tak perlu terlalu khawatir. Jika Allah mengganjar seorang mukmin penghuni syurga dengan dengan salah satu kenikmatan yang ada di dalamnya (bidadari). Mengapa tidak mungkin dengan ganjaran (bidadara), bagi seorang mukminah penghuni syurga. Bukankah Allah Maha Adil & Maha Segalanya.
Allahu a'lam.
Sesungguhnya tidak ada kekhawatiran. Hanya saja penafsiran yang cenderung mengabaikan posisi perempuan lebih populer selama ini.
DeleteTerimakasih komentarnya Alfin👌