Dalam KBBI, ada dua makna konsisten. Pertama, tetap (tidak berubah-ubah), taat asas, ajeg. Kedua, selaras, sesuai. Untuk makna kedua, KBBI menyertakan contoh dalam kalimat, perbuatan hendaknya konsisten dengan ucapan. Konsisten adalah kunci menuju kesuksesan. Konsisten melahirkan kebiasaan. Kebiasan mewarnai aktivitas dan rutinitas yang membuka pintu kesuksesan.
Isyana Sarasvati, penyanyi dengan segudang prestasi meraih
kesuksesannya dengan konsistensi. Penyanyi yang berlatih musik sejak usia 7
tahun ini adalah penganut hukum sepuluh ribu jam. Seseorang dianggap
ahli dan pakar pada bidang tertentu jika sudah menggeluti bidang tersebut selama
sepuluh ribu jam. Dengan mempraktekkan prinsip ini, Isyana mempunyai kebiasaan
berlatih musik dan olah vokal selama 8-12 jam per hari. Berbagai penghargaan
baik nasional maupun internasional yang dianugerahkan kepadanya adalah bukti
konsistensi Isyana di dunia musik.
Kisah lainnya adalah tentang suami dan dunia pertukangan,
hehe. Suami saya adalah pengajar di salah satu kampus negeri di Malang. Tapi
untuk urusan perawatan rumah seperti instalasi listrik dan instalasi air -
kecuali kerusakan yang membutuhkan tenaga ahli – biasanya selalu berhasil
ditangani. Beberapa hasil karya suami di dunia pertukangan di rumah adalah
pemasangan pompa air, tangki air, pemanas air, kipas angin dinding, dan toilet
duduk. Masa kecil suami memang dekat dengan dunia pertukangan. Bapak mertua adalah
pemilik selepan beras dan momen perawatan mesin adalah hal yang menarik
menurutnya karena ada banyak komponen mesin yang bisa dilihat. Perkenalan suami
dengan kontraktor dan tukang di proyek sebelah rumah semakin menambah pengetahuannya.
Konsistensi untuk belajar pertukangan secara otodidak pada akhirnya membuat ibu
saya mempercayakan renovasi rumahnya pada suami, semacam kontraktor dadakan.
Cerita tentang konsistensi juga saya temui di grup Sahabat
Pena Kita (SPK) Tulungagung. Grup literasi yang saya ikuti sejak awal Juli
2020. Pak Ngainun Naim sebagai inisiator dan pembina grup adalah sosok
konsisten yang terus menerus menularkan virus literasi dalam grup. Tulisan Pak
Naim yang menginspirasi adalah energi untuk tetap menulis. Chanel Ngaji
Literasi Pak Naim yang konsisten membagikan konten di Rabu pagi adalah suntikan
semangat untuk bergairah menulis.
SPK Tulungagung juga mengajarkan konsistensi. Setiap anggota
grup diwajibkan memilih hari untuk menyetorkan tulisan wajib yang
dipublikasikan melalui blog masing-masing peserta grup. Ada juga tulisan sunah
yang dibagikan selain hari tulisan wajib. Salah satu anggota grup yang cukup
konsisten menulis setiap hari adalah Bu Muslikah. One day one post. Bu
Muslikah membuktikan bahwa kemampuan menulis harus diasah setiap saat. Konsistensi
membuat catatan Bu Muslikah semakin renyah dan gurih dari hari ke hari.
Dalam agama, istilah konsisten diterjemahkan dengan
istikomah. Istikomah berasal dari akar kata qama yang berarti berdiri
tegak lurus. Abu Amrah Sufyan bin Abdillah pernah bertanya kepada Rasul SAW. agar
diberi penjelasan tentang Islam yang paripurna. Jawaban singkat yang
disampaikan Rasul SAW. adalah: “Qul aamantu billah wastaqim” Katakanlah,
aku beriman kepada Allah dan istikomahlah (HR. Muslim).
Menurut M. Quraish Shihab (2016), lafadz qul (katakanlah)
bukan sekedar mengucapkan dengan lisan. Lebih dari itu, ada tuntutan untuk
mengamalkan kandungan dari “beriman kepada Allah”. Islam mengajarkan
konsistensi dan kesesuaian antara ucapan dengan perbuatan.
Lafadz istiqamah disebut dua kali dalam al Qur’an,
yaitu QS. Asy Syuura (42): 15 dan QS. Huud (11): 112. Firman Allah dalam Surat
Huud: “Maka istikomahlah sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan orang
yang telah bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas.”
Perintah istikomah adalah perintah untuk bersikap moderat diantara
dua kutub, tidak melampaui batas dan tidak mengurangi ketentuan. Istikomah menuntut
keteguhan untuk berdiri tegak lurus menjalankan perintah Allah. Wahyu tentang
istikomah adalah wahyu yang sangat berat bagi Rasul SAW. Menurut Ibnu Abbas, ayat
tentang istikomah adalah ayat paling berat yang diturunkan kepada Rasulullah.
Riwayat yang lain menyebutkan bahwa setelah turun ayat ini, Rasulullah tidak pernah
lagi terlihat tertawa terbahak. Bahkan Rasulullah bersabda: “Surat Huud
menjadikan aku beruban”. Surat Huud yang dimaksud adalah ayat fastaqim kamaa
umirta, maka istikomahlah sebagaimana telah diperintahkan.
Istikomah dan konsisten membutuhkan kerja keras. Pantang menyerah dan semangat membara adalah modal untuk terus memelihara konsistensi. Bagaimana dengan saya? Meski belum bisa mencapai konsistensi versi Bu Muslikah, saya berusaha menyerahkan tulisan wajib sesuai jadwal. Pernah sekali terpaksa utang, karena kendala kesehatan. “Utang tanpa ada pinjaman,” kata Pak Naim. Melunasi utang menulis membuncahkan kebahagiaan yang tidak bisa didefinisikan.
Eh, tapi saya juga konsisten. Konsisten apa? Mencintainya,
hehe. Ketika anak sulung saya bertanya tentang sesuatu dan kebetulan saya
memang tidak tahu, dia berkomentar, “Mama ini tahunya apa? Tahunya hanya mencintai
papa.” Dan saya yang kadang telat paham, tersenyum sendiri tanpa sepengetahuannya.
18 Comments
Luar biasa bu doktor...
ReplyDeleteTerimakasih apresiasinya. Mari bersama konsisten.
DeleteBissmillah, semoga bisa istiqomah dengan hal-hal yg positif, Aamiin. Bisa saya pastikan bahwa saya bakalan gagal move on dengan kalimat diparagraf terakhir Bu 😁
ReplyDeleteAmin,
DeleteKalimat di paragraf terakhir memang sangat mengena sekali ya mbak pesannya.
hehe
Istiqomah untuk terus belajar, berjuang, beribadah bersama dalam ikatan janji suci pernikahan.
Mari bersama saling menyemangati Inama. Paragraf terakhir saya dedikasikan untuk jomblower😅
DeleteTerimakasih Inama dan Alfin atas kunjungannya.
DeleteTerimakasih bu motivasinya 😀
DeleteApakah saya juga termasuk di dalamnya? Begitu jelas tertulis di profil blog saya yang berkata seperti ini Alumni Hukum Keluarga yang belum berkeluarga. wqwq :D
DeleteTermasuk dalam apa? Jodoh itu misteri, yang penting konsisten memantaskan diri menjemput pasangan impian.
DeleteMantab Bu. Terimakasih saya tercantum di tulisan Bu Dosen. Tulisan yang rapi dan runtut
ReplyDeleteBu Muslikah tak henti menginspirasi saya. Terimakasih ibu.
DeleteMenginspirasi ibu...
ReplyDeleteTerimakasih kunjungannya.
DeleteKonsisten kadang ada waktunya menurut saya bu. Konsisten yang selalu (dari sekarang) dan konsisten pada waktunya. Konsisten yang selalu itu seperti belajar dan ibadah. Konsisten pada waktunya mungkin saat Tuhan mempertemukan para punggawa seperti saya, mbak innama dan mas alfin pada jodohnya masing-masing.
ReplyDeleteSemoga keistiqomahan itu akan berbayar manis pada saatnya nanti.
DeleteTerus berjuang dan bersabar dalam menanti datangnya sang pujaan hati.
Konsistensi untuk memantaskan diri demi kekasih halal bisa dilakukan sejak sekarang 😃
Deletekonsisten itu terkadang harus dipaksa bu., he he... terimakasih ilmunya
ReplyDeleteSetuju. Terimakasih kunjungannya :)
Delete