Menulis adalah aktivitas yang membutuhkan praktek secara langsung. Menulis tidak bisa hanya dengan dipikirkan. Menulis tidak dapat tercapai jika hanya dibayangkan. Suatu karya tidak akan selesai jika sebatas imaji. Inilah mengapa maestro sastra, Pramoedya Ananta Toer mengatakan: “Menulis adalah sebuah keberanian”.
Untuk menulis dibutuhkan keberanian
berlapis. Dalam menulis ada rasa malu yang harus dilawan. Ketika menulis ada
rasa minder yang harus diabaikan. Insecure tidak seharusnya membuat
penulis maju mundur.
Buku ini adalah manifestasi
keberanian dari para penulisnya. Buku ini berawal dari obrolan santai dengan
beberapa mahasiswa HTN IAIN Tulungagung, baik alumni maupun mahasiswa aktif.
Tantangan untuk menyusun antologi mendapatkan respon positif.
Awal September, ada 23 tulisan yang
berhasil dikumpulkan oleh tim antologi. Kenangan masa lalu direkam dalam
catatan. Pengalaman masa kini disajikan dalam tulisan. Harapan dan cita-cita
dirangkai dalam barisan kalimat. Ada senyum merekah dan tawa membahana. Ada
duka menggantung dan derai air mata.
Buku ini menyajikan deretan kisah
yang bisa mengaduk emosi. Kisah ketua kelas abadi dan cerita anak desa masuk
kampus ada di buku ini. Suka duka perjalanan menanggung beban ganda sebagai
mahasiswa dan kepala keluarga disajikan dalam buku ini. Ada juga kenangan
tentang ketulusan ibu dan derai air mata bunda bagi ananda. Insiden salah ketik
pada ijazah jelang penutupan pendaftaran mahasiswa baru dan mimpi calon
pemimpin negeri ditampilkan dengan apik dalam buku ini.
Buku ini adalah bukti bahwa tulisan
bisa mengikat memori. Catatan mampu merekam masa kini. Barisan kalimat dapat
merawat mimpi. Menulis mempunyai makna penting dalam kehidupan manusia.
Bukankah wahyu pertama yang diterima oleh Rasul SAW. mengandung kata qalam yang
berarti pena? Dalam surat Nuun, Allah bersumpah dengan qalam. Surat al
Baqarah pada ayat 282 sebagai ayat terpanjang dalam al Quran mendokumentasikan
perintah untuk mencatat pada transaksi utang piutang. Sejak awal kehadirannya,
Islam mendeklarasikan semangat literasi.
Ketika salah satu sahabat menyampaikan
keluh kesahnya perihal lemahnya daya ingat, Rasul SAW. memberikan solusi:
“Mintalah bantuan tanganmu untuk mengukuhkan hafalanmu (dengan menulis)” (HR.
Al Turmudzi). Pada saat Perang Badar, Rasul juga memberikan opsi pembebasan
bagi para tahanan perang dengan pembelajaran baca tulis. Tahanan yang
melaksanakan pembelajaran baca tulis bagi umat muslim baik kalangan dewasa
maupun anak-anak bisa mendapatkan kebebasannya. Arti penting menulis juga
diungkapkan Imam Syafii: “Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah pengikatnya.
Ikatlah ilmumu dengan temali yang kuat”.
2 Comments
Selamat siang untuk Kajur Terkece di IAIN TULUNGAGUNG hehe
ReplyDeleteHehe mahasiswanya yang keren. Saya sekedar memfasilitasi. Terimakasih kunjungannya🤗
Delete