Sujud Tilawah dan Takbir

Nur Fadhilah


Sujud tilawah ada takbirnya?, tanya suami kepada saya pagi itu. Selepas membaca ayat sajdah, saya sujud tilawah sebagaimana biasa yang saya lakukan. Takbir disertai mengangkat kedua tangan dilanjutkan sujud dan bangun dari sujud. Pertanyaan suami menggelitik saya untuk mengingat kembali dari mana informasi sujud tilawah saya dapatkan.

Seingat saya, ada kitab yang menjelaskan bahwa sujud tilawah diawali dengan takbir. Fiqih Sunnah karya Syaikh Sayyid Sabiq jadi sasaran saya pagi itu untuk menjawab rasa penasaran. Kitab legendaris dan fenomenal zaman saya Aliyah dan tinggal di asrama Jalan Bandung Malang.

Menurut Syaikh Sayyid Sabiq, sujud tilawah disunnahkan bagi orang yang membaca dan mendengar bacaan ayat sajdah. Sujud dilakukan dengan takbir kemudian sujud dan takbir untuk bangun dari sujud. Dalam sujud tilawah tidak ada tasyahud (tahiyat) ataupun salam. Ada 15 ayat dalam al Qur’an yang termasuk dalam kategori ayat sajdah. Surat al A’raf ayat 206, al Ra’d ayat 15, al Nahl ayat 49, al Isra’ ayat 107, Maryam ayat 58, al Hajj ayat 18 dan 77, al Furqan ayat 60, al Naml ayat 25, al Sajdah ayat 15, Shaad ayat 24, Fushshilat ayat 37, al Najm ayat 62, al Insyiqaq ayat 21, dan al ‘Alaq ayat 19. Cara paling mudah untuk memastikan ayat sajdah dalam al Qur’an adalah tulisan ‘sajdah’ pada nomor ayat atau simbol tertentu pada akhir ayat dengan tulisan ‘sajdah’ di sebelahnya.


Mayoritas ulama sepakat bahwa untuk melakukan sujud tilawah harus memenuhi syarat tertentu sebagaimana syarat shalat. Orang yang melakukan sujud tilawah dalam keadaan suci, menghadap kiblat, dan menutup aurat. Imam al Syaukany mempunyai pendapat yang berbeda berkaitan dengan kesucian orang yang melakukan sujud sahwi. Menurut al Syaukany, beberapa hadis tentang sujud tilawah tidak ada yang menunjukkan keharusan berwudhu bagi orang yang melakukan sujud tilawah.

Lantas apa yang dibaca ketika sujud tilawah? Doa apa saja bisa dibaca ketika sujud tilawah. Aisyah dalam satu hadis menyatakan bahwa Rasul SAW. ketika sujud tilawah membaca:
سجد وجهي للذي خلقه وصوَّره وشقَّ سمعه وبصره بحوله وقوته، فتبارك الله أحسن الخالقين
Bacaan ini berlaku untuk sujud tilawah yang dilakukan di luar sholat. Sementara bacaan sujud tilawah dalam sholat sama seperti bacaan sujud pada umumnya, سبحان ربي الأعلي.

Lagi-lagi seingat saya, ada penjelasan tentang mengangkat tangan ketika takbir untuk sujud tilawah di luar sholat. Fiqih Sunnah tidak memberikan eksplanasi sama sekali tentang hal ini. Inilah kesalahan saya karena abai untuk mengikat hasil bacaan dengan menulis. Dokumentasi berupa tulisan tentunya akan memudahkan saya jika sewaktu-waktu membutuhkan daripada hanya mengingatnya dalam memori.

Setelah beberapa buku dan kitab turun dari raknya, akhirnya saya sampai pada kitab al Mufashshal fi Ahkam al Mar’ah wa Bait al Muslim fi al Syari’ah al Islamiyyah karya Abdul Karim Zaidan. Kitab yang ditulis oleh guru besar pada Universitas Baghdad ini mendapat penghargaan King Faishol Foundation 1997 sebagai kajian masalah kewanitaan dengan metodologi yang sistematis dan materi muatan yang komprehensif. Kitab ini memberikan penjelasan yang detail berkaitan sujud tilawah dan menjawab kegalauan pagi saya.

Sujud tilawah yang dilakukan tidak dalam keadaan shalat, diawali dengan takbir dan lebih utama jika disertai dengan mengangkat kedua tangan ketika takbir. Takbir ini adalah takbir iftitah dan selanjutnya bertakbir lagi untuk sujud. Penjelasan ini dikemukakan oleh Syafi’i. Sementara itu, Maliki dan Hanbali menjelaskan bahwa untuk sujud tilawah tidak perlu takbir iftitah, cukup takbir sekali untuk sujud dan membaca bacaan sujud sebagaimana bacaan sujud pada shalat. Bangun dari sujud membaca takbir dan mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri. Satu kali salam ke kanan juga diperbolehkan menurut kedua mazhab ini.

Dalam keadaan shalat, sujud tilawah dilakukan dengan takbir untuk sujud. Bangun dari sujud dengan takbir dan melanjutkan shalatnya. Yang tidak diperbolehkan adalah sujud tilawah yang langsung disambung dengan ruku’ tanpa bangun sejenak sebelum ruku’.

Akhirnya, saya mengakhiri tulisan ini dengan quote Imam Syafi’i, “Belajarlah, tidak ada seorang pun yang terlahir sebagai orang yang berilmu. Orang yang berilmu tidak akan sama dengan orang yang bodoh”. Tulisan ini adalah bagian dari ikhtiar saya untuk belajar. Jika ilmu adalah pohon maka buahnya adalah praktek. Kolaborasi antara membaca, menulis, dan mengamalkan ilmu adalah paket lengkap yang hanya bisa dilakukan manusia sebagai makhluk paling mulia.

Malang, 12 Juli 2020

Post a Comment

14 Comments

  1. Replies
    1. Sama-sama mb Eka. Terimakasih atas kunjungannya

      Delete
  2. Replies
    1. Maturnuwun prof untuk motivasi dan inspirasinya

      Delete
  3. Luar biasa. Kita harus lebih giat membaca dan menulis. Belajar lagi saya tentang sujud tilawah. Mantap

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mari bersama saling menyemangati untuk membaca dan menulis bu Muslikah

      Delete
  4. Paket lengkap...masyaaAallah. jadi ingin mulai bismillaaaah....
    Matur swun dzah ....

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah dpt pencerahan bu nur terimakasih...

    ReplyDelete