Perempuan dan Tulang Rusuk

Nur Fadhilah


Katanya diriku tercipta
Dari tulang rusukmu
Yang hilang satu

Sayup-sayup terdengar alunan lagu dari salah satu diva dangdut. Lirik lagu ini memberikan gambaran bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Masih ada deretan lagu lain yang juga menjelaskan bahwa perempuan tercipta dari hanya bagian kecil organ laki-laki. Benarkah ada perbedaan unsur dalam proses penciptaan laki-laki dan perempuan?

Dalam al Qur’an Surat al Hujurat ayat 13, ditegaskan bahwa Allah menciptakan manusia dengan jenis laki-laki dan perempuan. Dari kedua jenis tersebut, Allah menjadikan manusia dengan keanekaragaman bangsa dan suku untuk saling mengenal. Namun, standar kemuliaan dalam pandangan Allah adalah ketakwaan, bukan jenis kelamin, suku, atau bangsa.

Berkaitan dengan penciptaan perempuan, Surat al Nisa ayat 1 adalah ayat yang lazim dijadikan rujukan. Laki-laki dan perempuan dalam ayat ini diciptakan dari nafs yang satu (min nafsin waahidah). Ulama tafsir berbeda pendapat dalam memahami kata nafs. Pertama, kelompok ulama yang memaknai kata nafs dengan Adam. Jalaluddin al Suyuthi, Ibnu Katsir, al Qurthubi, al Biqa’i, dan Abu al Su’ud adalah pakar tafsir yang menjelaskan bahwa pasangan Adam yaitu Hawa diciptakan dari Adam.  

Pendapat ulama bahwa Hawa diciptakan dari Adam dilandasi hadis tentang penciptaan perempuan dari tulang rusuk. “Saling berpesanlah kalian untuk berbuat baik kepada perempuan karena mereka diciptakan dari tulang rusuk dan bagian tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian paling atas. Maka jika kamu berusaha untuk meluruskannya, kamu akan mematahkannya, dan jika kamu membiarkan sebagaimana adanya maka ia akan tetap dalam keadaan bengkok. Maka saling berpesanlah kalian untuk berbuat baik kepada perempuan”. Ulama memaknai hadis ini secara tekstual, sehingga melahirkan pemahaman bahwa perempuan adalah makhluk yang diciptakan dari bagian kecil laki-laki.

Dalam perkembangannya, penafsiran kelompok pertama yang diklaim sebagai pendapat mayoritas ulama lebih populer di kalangan muslim. Bahkan terjemah al Qur’an yang ditashih oleh Lajnah Pentashih al Qur’an Departemen Agama RI juga mengikuti pendapat ini dengan terjemahan “……jiwa yang satu (Adam)…”.

Kedua, kelompok ulama yang menafsiri kata nafs dengan jenis. Muhammad Abduh dan al Qasimi memberikan eksplanasi bahwa Adam dan Hawa diciptakan dari unsur dan bahan yang sama. Ide tentang penciptaan perempuan dari tulang rusuk menurut Rasyid Ridha dalam Tafsir al Manar adalah akibat persentuhan muslim saat itu dengan kisah kejadian Adam dan Hawa yang tertulis pada Kitab Perjanjian Lama.

Matan hadis tentang penciptaan perempuan dari tulang rusuk menggunakan bentuk plural. Jika dimaknai secara tekstual, seluruh perempuan diciptakan dari tulang rusuk. Padahal proses penciptaan manusia dijelaskan oleh al Qur’an secara eksplisit melalui proses reproduksi.

Hadis ini sebenarnya adalah perintah Nabi SAW. agar laki-laki memperlakukan istrinya dengan baik dan bijak. Hadis ini adalah respon terhadap budaya patriarkhi saat itu yang menempatkan perempuan tidak sewajarnya. Hal ini juga terkonfirmasi dengan penempatan hadis ini bukan pada bab tentang penciptaan manusia. Al Bukhari menempatkan hadis ini pada kitab al nikah pada bab berbuat sopan dan lembut kepada perempuan dan bab wasiat mengenai perempuan.

Pembicaraan tentang perempuan juga tidak bisa dilepaskan dari drama kosmis Adam dan Hawa. Terusirnya Adam dari surga adalah akibat kesalahan dari Hawa. Pendapat ini dikoreksi oleh Islam dengan menjelaskan adanya keterlibatan aktif antara keduanya. Ayat-ayat al Qur’an yang menjelaskan tentang bujuk rayu setan menggunakan kata ganti dua orang. Justru ayat yang menggunakan kata ganti tunggal merujuk pada laki-laki yaitu Adam sebagai pemimpin dari pasangannya, Hawa.

Islam menempatkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang setara. Sejarah telah membuktikan bagaimana perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan aktif dalam masyarakat. Khadijah adalah konglomerat perempuan yang mendedikasikan seluruh jiwa, raga, dan kekayaannya untuk dakwah Islam. Ummu Salamah, ummul mukminin yang sarannya dipraktekkan Nabi SAW. ketika muslimin enggan untuk mematuhi perintah mencukur rambut dan menyembelih korban tanpa bisa masuk ke Makkah. Aisyah adalah perempuan yang banyak meriwayatkan hadis, khususnya yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga Nabi SAW. Aisyah juga seorang mufti pada masa Khalifah Abu Bakar, Umar dan Usman. Pada masa Khalifah Umar, penanggung jawab stabilitas pasar adalah seorang perempuan.

Laki-laki dan perempuan adalah jenis yang berbeda, namun Islam menempatkan keduanya dalam kesetaraan. Islam mencela penguburan hidup-hidup bayi perempuan. Islam memberikan pembatasan poligami. Islam memberikan hak waris dan hak lainnya kepada perempuan. Al Qur’an menghapus semua pemahaman tentang perbedaan laki-laki dan perempuan khususnya berkaitan dengan asal muasal penciptaan. Laki-laki dan perempuan diciptakan dari unsur, bahan, dan jenis yang sama.

 

Malang, 19 Juli 2020

Post a Comment

0 Comments